MENJADI GEREJA BAGI PEREMPUAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DARI SEKTOR PEKERJA MIGRAN INDONESIA, Jurnal Mateteou STAKN KUPANG 2017 no 5

Sejak tahun 2014, Nusa Tenggara Timur telah dinyatakan sebagai Darurat Perdagangan Orang. Korban perdagangan orang terbanyak berasal dari sektor Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pekerja migran di dalam negeri. TKI dari NTT di dominasi oleh pekerja perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai pekerja rumah tangga. Tingginya angka perempuan korban perdagangan dan TKI perempuan asal NTT sangat dipengaruhi oleh budaya patriakhi. Dalam budaya patriakhi, seorang perempuan akan bertumbuh menjadi perempuan yang tangguh bekerja pekerjaan rumah dan patuh. Pekerja perempuan seperti ini menjadi rebutan di luar daerah dan luar negeri sebab bersedia bekerja apa saja dan patuh pada majikan serta bersedia dibayar murah. Di tengah konteks seperti ini gereja harus merumuskan kembali misinya dalam konteks NTT yang tinggi dengan angka korban perdagangan orang. Misi gereja hendaknya menjadi misi yang memampukan gereja berteologi dengan mendengarkan para korban. Suara dan cerita para korban akan membantu gereja untuk memahami dengan benar perdagangan orang sehingga mampu melawan stigma yang berkembang tentang para TKI. Saat gereja memahami dengan baik perdagangan orang maka gereka akan dimampukan untuk merancang program dan kegiatan-kegiatan yang menjawab kebutuhan korban. Salah satu diantaranya adalah dengan memerhatikan dengan serius ibadah dan program dari komisi perempuan. Komisi ini dapat menjadi ruang dalam gereja untuk melakukan tindakan pencegahan hingga reintegrasi korban.