Determinan Preferensi Masyarakat Berpendapatan Rendah Terhadap Redenominasi

Beberapa mata uang di dunia, termasuk rupiah Indonesia, memiliki banyak digit akibat hiperinflasi pada masa lalu. Dengan digit yang banyak itu, mata uang berpotensi untuk dipersepsikan memiliki nilai rendah sehingga menimbulkan mispersepsi mengenai fundamen perekonomian suatu negara. Untuk itu, beberapa negara melakukan redenominasi. Berbeda dengan studi lain yang umumnya mengambil contoh kasus di negara yang telah menerapkan kebijakan tersebut, studi ini secara kuantitatif mengidentifikasi determinan preferensi masyarakat terhadap rencana penerapan redenominasi di Indonesia. Analisis studi ini difokuskan pada masyarakat berpendapatan rendah dengan pertimbangan bahwa proporsi segmen tersebut cukup besar (40 persen) jika dibandingkan dengan struktur penduduk Indonesia. Berdasarkan model preferensi yang dibangun dari konsep utilitas, studi ini menemukan bahwa faktor pengetahuan, tingkat pemahaman, dan tingkat kesadaran (awareness) secara signifikan memengaruhi preferensi masyarakat berpendidikan rendah (MBR) terhadap redenominasi. Adapun perbedaan karakteristik demografi, geografi, dan sosial ekonomi secara umum tidak signifikan memengaruhi preferensi MBR, kecuali variabel pendapatan per kapita pada desil-3 dan desil-4. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa makin tinggi pendapatan (desil), peluang untuk setuju terhadap kebijakan redenominasi makin besar.